Jumat, 07 September 2018

Inilah Resep Membangun Rumah Minimalis Yang Kuat


Beberapa pilihan sudah di tawarkan, termasuk juga jenis rumah tradisionil di Indonesia. Akan tetapi, salah satunya pilihan yang sekarang cukuplah banyak dibicarakan ialah pemakaian bambu menjadi alternatif beton serta komponen utama dalam bangunan tahan gempa.

Pada umumnya, bambu, mencuplik Grace Hartanti dalam " Kehadiran Material Bambu menjadi Subtitusi Material Kayu Pada Aplikasi Design Interior serta Arsitektur, " ialah tumbuhan grup Gramineane (rumput-rumputan), serumpun dengan gandum serta padi-padian. Spesies yang telah ada semenjak 200 ribu tahun yang lalu ini termasuk tanaman dengan tingkat perkembangan sangat cepat di dunia—mencapai lebih dari 60 cm /hari bergantung keadaan tanah serta iklim ditempat. Ketinggian pohon bambu beragam, dari 100-300 cm, dengan diameter kayu pada 7, 5-18 cm.

Bambu miliki karakter hidup yang kosmopolit. Berarti, ia bisa hidup di daerah panas ataupun dingin, di rawa-rawa, tebing rimba, gunung-gunung, dataran tinggi atau rendah, dan gampang tumbuh kembali setelah alami musibah berbentuk kekeringan, kebakaran, sampai pengerusakan.

Dalam " Bambu Menjadi Pilihan Bahan Bangunan serta Konstruksi di Daerah Riskan Gempa, " Sukawi menjelaskan jika momen gempa bumi yang menempa Yogyakarta serta beberapa Jawa Tengah pada 2006 perlahan-lahan meningkatkan pamor bambu menjadi komponen bahan bangunan tahan gempa. Di sejumlah lokasi terdampak, Bantul contohnya, bambu digunakan menjadi material utama dalam project rekonstruksi pasca-gempa. Dalam bangunan tahan gempa, bambu dapat digunakan menjadi bagian balok, kolom, simpatisan atap, pengisi dinding, ataupun lantai. 

Masih tetap menurut Sukawi, rumah tahan gempa memiliki bahan baku bambu tidak dapat dibikin sekenanya. Beberapa ketetapan mesti dilihat si pembuat, misalnya, memakai bambu yang berumur tua, dalam keadaan kering, dan telah diawetkan. Bambu berumur tua diambil karena serat-seratnya lebih kuat.

Tidak cukuplah berusia tua saja, bambu harus juga bertahan lama serta awet. Supaya dua prasyarat diatas dapat dipenuhi, jelas Sukawi, diperlukan proses pengawetan supaya serangan jamur (pewarna serta pelapuk) serta serangga (bubuk kering, rayap kayu kering, serta rayap tanah) bisa dihindari. Proses pengawetan dapat ditempuh dengan tiga langkah : tradisonal, kimiawi, serta moderen. Langkah tradisionil dikerjakan dengan merendam bambu didalam air yang mengalir, lumpur, air laut, dan pengasapan.

Baca Juga: ukuran pintu kamar mandi

Sesaat proses pengawetan dengan kimiawi dapat ditempuh dengan manfaatkan pelaburan kapur, boraks, kombinasi kapur barus dengan minyak tanah, sampai pengasapan dengan belerang. Paling akhir, pengawetan lewat cara moderen bisa ditempuh melalui skema Vertical Soak Diffusion (VSD) yang bertumpu pada pemakaian larutan borate—jenis bahan pengawet.

Baca Juga: desain pintu minimalis 

Dengan tehnis, pemasangan bambu dalam rumah tahan gempa tidak terlalu susah. Konstruksi atap bambu, contohnya, sama dengan konstruksi atap kayu. Yang memperbedakan hanya sambungannya. Pada konstruksi bambu, sambungan yang digunakan ialah pen bambu serta tali.

Artikel Terkait: closet duduk murah 

Contoh lainnya, jelas Sukawi, terdapat pada lantai. Lantai di bangunan memiliki bahan baku bambu disusun dari bilah bambu petung dengan ketinggian seputar 45 cm diatas tanah. Tidak diperlukan sub-struktur atau dasar tertanam. Umpak atau beton telapak cukuplah dapat dipakai menjadi basic bangunan. Tehnik seperti ini digunakan karena bambu relatif mudah, hingga beban yang dialirkan dari susunan sisi atas tidak terlalu besar. Hal itu sangat cocok untuk konstruksi di daerah riskan gempa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar